AI generatif mengganggu banyak industri. Dan industri potensial yang dapat terkena dampak negatif adalah media sosial.
Dampak AI generatif di media sosial tidak kentara, tetapi jangkauannya luas. Itu sudah digunakan untuk membuat konten baru, seperti gambar, video, dan teks, serta untuk menyusun konten yang ada. Meskipun teknologi ini berpotensi menguntungkan pengguna media sosial dalam beberapa hal, teknologi ini juga membawa risiko dan kekurangan tertentu.
Kami akan memeriksa beberapa cara di mana AI generatif dapat berdampak negatif pada media sosial dan penggunanya.
1. Merampok Pencipta Peluang
AI generatif menyederhanakan pembuatan konten. Tapi tampaknya banyak penyederhanaan adalah untuk orang yang menggunakan konten orang lain, dan bukan untuk pencipta asli. Kemungkinan besar, Anda telah menemukan salah satu video di mana seorang guru merekomendasikan penggunaan 'konten buatan AI' untuk menghasilkan uang. Idenya adalah Anda dapat memutar karya pencipta lain menjadi sesuatu yang baru, tanpa banyak usaha atau kerja keras.
Ini bukan hal yang baik bagi pencipta karena merendahkan karya mereka dan memudahkan orang lain untuk mencuri konten mereka.
2. Lebih Sedikit Konten Baru yang Dibuat
Karena AI generatif memungkinkan orang membuat konten dengan sedikit usaha, beberapa orang mungkin memilih rute ini daripada membuat sesuatu yang unik. Hal ini dapat menyebabkan banyak konten baru yang homogen dibuat dan dibagikan di platform media sosial.
Anda sudah dapat melihat ini terjadi di beberapa platform media sosial paling populer, dengan konten yang semakin mirip. Contohnya adalah tweet "X dapat melakukan Y, tetapi kebanyakan orang tidak tahu..." di seluruh Twitter.
3. Kurangnya Keunikan, Membuat Echo Chambers
Efek samping awal dari konten media sosial yang dihasilkan AI adalah homogenitasnya. Ketika alat AI mengambil alih pembuatan konten, hasilnya adalah pengalaman media sosial yang homogen di mana ide dan opini yang berbeda dari arus utama lebih sulit ditemukan.
Tanpa perspektif unik dari kreator sejati, platform media sosial dapat menjadi ruang gema di mana ide dan opini yang sama dibagikan berulang kali. Ini adalah perkembangan yang berbahaya karena dapat menyebabkan pengekangan kreativitas dan penguatan keyakinan yang bias.
4. Mengurangi Kepercayaan Audiens
Media sosial telah menjadi lebih dari sekadar tempat untuk berbagi ide dan pengalaman Anda. Itu juga menjadi sumber informasi, berita, dan saran. Kunjungi salah satu platform media sosial populer, dan Anda akan menemukan para profesional dari berbagai bidang memberikan saran dan berbicara tentang bidang keahlian mereka.
Masalah dengan konten yang dihasilkan AI adalah dapat mengikis kepercayaan antara audiens dan orang yang mereka ikuti. Bagaimana Anda bisa yakin bahwa nasihat berasal dari seorang ahli dan bukan alat AI?
Bahayanya di sini adalah orang bisa kehilangan kepercayaan pada konten yang berasal dari platform media sosial, dan berpotensi pada platform itu sendiri.
5. Deepfake dan Profil Palsu
Saat ini, alat AI generatif sudah digunakan membuat video deepfake untuk tujuan jahat. Deepfakes dapat digunakan untuk membuat profil palsu di platform media sosial, sehingga memudahkan pelaku jahat untuk berkembang di media sosial.
Profil palsu adalah risiko yang signifikan, karena dapat membuka pintu bagi kejahatan dunia maya dan penipuan, termasuk penipuan peniruan identitas dan pencurian identitas.
AI generatif bisa menjadi pedang bermata dua, dengan konsekuensi positif dan negatif bagi pengguna media sosial. Itu bisa merevolusi cara kita membuat dan berbagi konten di platform media sosial, tetapi juga membawa risiko dan kekurangan tertentu.
Pada titik ini, sulit untuk mengetahui bagaimana AI generatif akan membentuk masa depan media sosial. Tetapi sangat penting untuk menyadari potensi risiko dan memikirkan bagaimana kita dapat memitigasinya. Hanya dengan begitu media sosial dapat menjadi ruang yang aman dan positif untuk berbagi ide dan pengalaman.