Metaverse adalah platform berbasis blockchain canggih dengan potensi untuk merevolusi cara kita berinteraksi dengan web. Terlepas dari keuntungannya yang mengesankan, menggunakan Metaverse memiliki beberapa risiko. Pengguna berisiko menjadi rentan terhadap berbagai ancaman karena strukturnya yang terdesentralisasi.
Sangat penting untuk menyadari bahaya menggunakan Metaverse sehingga Anda dapat menghindarinya dan melindungi diri Anda sendiri di platform.
1. Peningkatan Pengumpulan Data Pribadi
Pengumpulan data adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman Metaverse. Saat pengguna berinteraksi dengan dunia virtual, informasi tentang aktivitas dan preferensi mereka dikumpulkan oleh platform. Sayangnya, data ini bisa digunakan untuk menargetkan iklan ke pengguna atau bahkan dijual ke pihak ketiga untuk keuntungan komersial. Ini meningkatkan risiko data pribadi diekspos dan digunakan tanpa persetujuan.
Karena sifat terdesentralisasi Metaverse, bisnis tidak lagi memerlukan persetujuan individu atau verifikasi independen untuk memperoleh dan menyimpan data mereka. Akibatnya, mungkin ada kenaikan dalam kasus pencurian identitas, penipuan, dan bentuk penyalahgunaan Informasi Identifikasi Pribadi (PII) lainnya. Metaverse juga memudahkan pengumpulan berbagai data pribadi. Melalui gadget seperti avatar dan dunia maya, pengguna dapat diprofilkan berdasarkan aktivitas, preferensi, bahkan karakteristik fisik mereka. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko diskriminasi atau penargetan yang tidak diinginkan.
2. Kurangnya Pengawasan Regulasi
Sistem metaverse tidak tunduk pada peraturan yang sama dengan lembaga keuangan tradisional atau platform perangkat lunak. Ini berarti bahwa ada peningkatan risiko penipuan, manipulasi, dan praktik tidak etis lainnya yang terjadi tanpa pengawasan apa pun.
Tanpa regulasi yang tepat, Metaverse berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya aktivitas kriminal. Seorang pengguna dapat, misalnya, membeli dan menjual produk dan layanan terlarang sambil tetap sepenuhnya anonim. Selain itu, peretas dan aktor jahat lainnya dapat memanfaatkan struktur desentralisasi Metaverse untuk meluncurkan serangan dunia maya.
3. Potensi Pasar yang Tidak Diatur
Kurangnya pengawasan peraturan di Metaverse meningkatkan risiko berkembangnya pasar yang tidak diatur di platform. Pasar ini dapat memfasilitasi aktivitas ilegal seperti pencucian uang, perdagangan narkoba, dan perdagangan gelap lainnya.
Selain itu, pengguna yang menggunakan platform untuk tujuan yang sah dapat dipengaruhi oleh manipulasi harga di pasar yang tidak diatur. Ada risiko volatilitas dan ketidakpastian yang berlebihan di pasar ini jika tidak diatur dengan benar.
4. Pencurian Identitas dan Penipuan
Karena sifat terdesentralisasi Metaverse, jauh lebih mudah bagi penjahat dunia maya untuk mengakses data pengguna secara diam-diam. Akibatnya, informasi pribadi konsumen berisiko lebih tinggi digunakan secara curang untuk mendapatkan akses tidak sah ke akun atau layanan mereka.
Selain itu, platform Metaverse semakin banyak digunakan oleh penipu dan elemen kriminal lainnya untuk meminta dana dari pengguna yang tidak menaruh curiga. Penipuan ini dapat berkisar dari yang sederhana tetapi upaya phishing efektif untuk menguraikan skema yang melibatkan mata uang virtual.
5. Risiko Mata Uang dan Aset Virtual
Dengan mata uang virtual, pengguna platform Metaverse dapat membeli barang virtual dan membuka konten premium. Sayangnya, ada bahaya terkait penggunaan uang dan aset virtual.
Nilai aset tersebut, misalnya, dapat berfluktuasi secara liar dan tidak terduga, menempatkan penggunanya dalam bahaya menimbulkan kerugian moneter jika mereka tidak berhati-hati. Selain itu, konsumen mungkin lebih rentan terhadap penipuan atau penipuan saat menggunakan mata uang virtual karena mereka mungkin tidak tunduk pada peraturan yang sama dengan mata uang tradisional.
6. Peniruan
Anonimitas sistem Metaverse memaparkan pengguna pada kemungkinan peniruan identitas. Kemampuan untuk membangun persona digital dan mengasumsikan identitas pengguna lain difasilitasi oleh platform Metaverse. Ini dapat dimanfaatkan untuk mencuri informasi sensitif dari pengguna atau menyajikan konten berbahaya kepada mereka.
Ancaman seperti phishing, di mana scammer berperan sebagai pihak yang dapat dipercaya untuk mendapatkan akses ke informasi pribadi, diperparah dengan peniruan identitas.
7. Pelecehan dan Pelecehan
Banyak jenis cyberbullying dan pelecehan terjadi di jaringan Metaverse. Karena pengguna dunia virtual mungkin tidak memiliki perlindungan yang sama seperti di dunia nyata, hal ini dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan. Karena pengguna Metaverse dapat tetap anonim, mereka cenderung berpartisipasi dalam perilaku berbahaya, termasuk trolling, intimidasi, dan pelecehan seksual.
Selain itu, pengguna mungkin terpapar konten yang menyinggung karena kurangnya sensor di beberapa platform.
8. Ancaman Dari Bot Otomatis
Proliferasi bot otomatis merupakan risiko utama bagi pengguna Metaverse. Bot ini dapat digunakan oleh aktor jahat untuk membanjiri server dengan spam, meluncurkan serangan DDoS, atau bahkan membajak akun pengguna. Kurangnya regulasi pada platform Metaverse membuat sulit untuk mendeteksi bot jahat ini dan mengambil tindakan terhadapnya.
9. AI yang tidak akurat
Platform Metaverse sangat bergantung pada kecerdasan buatan (AI) untuk menggerakkan dunia virtual mereka. Namun, AI masih belum sempurna dan bisa membuat kesalahan atau dimanipulasi oleh pihak jahat. Misalnya, konten buatan AI dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau memanipulasi perilaku pengguna.
10. Pemadaman dan Waktu Henti Sistem
Platform Metaverse rentan terhadap pemadaman sistem karena banyaknya data yang dikandungnya. Ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan besar bagi pengguna dan bahkan menyebabkan kerugian finansial jika transaksi terganggu. Selain itu, pemadaman dapat disebabkan oleh pelaku jahat yang bertujuan mengganggu platform, sehingga penting bagi pengguna untuk tetap waspada.
Meskipun potensi teknologi Metaverse tidak dapat disangkal, masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi agar dapat diterima secara luas.
Keamanan adalah salah satu perhatian utama yang terkait dengan penggunaan Metaverse, terutama dalam hal melindungi data pengguna dan memastikan privasi. Selain itu, seperti halnya teknologi baru, masalah teknis dapat muncul yang dapat memengaruhi pengalaman pengguna. Demikian pula, menavigasi melalui dunia maya bisa jadi sulit bagi pengguna yang tidak terbiasa dengan teknologi dan nuansanya.
Terakhir, masalah hukum dapat muncul terkait kepemilikan aset digital dan hak kekayaan intelektual di Metaverse. Dengan hukum internasional yang bervariasi dari satu negara ke negara lain, hal ini dapat menimbulkan potensi komplikasi yang harus ditangani.
Platform Metaverse hadir dengan berbagai risiko yang harus diperhitungkan saat menggunakannya. Meskipun platform ini menawarkan peluang yang menarik bagi pengguna, mereka juga membawa risiko yang signifikan, seperti peningkatan dalam pengumpulan data pribadi, pencurian identitas dan penipuan, mata uang virtual yang tidak stabil, peniruan identitas, dan sistem padam.
Jadi, penting untuk memahami dan bersiap menghadapi tantangan ini sebelum memulai perjalanan Metaverse. Dengan perencanaan yang matang, pengguna dapat memastikan bahwa mereka dapat memanfaatkan teknologi yang menarik ini dengan tetap aman dan terjamin.